Peran penyebaran Islam di Nusantara
Proses persebaran
pengaruh Islam di Nusantara berjalan dengan lancar. Hal itu terbukti dari
wilayah persebaran yang luas, mencakup hampir seluruh kepulauan Nusantara.
Penyebabnya antara
lain sebagai tersebut :
- Agama Islam yang menyebar di Nusantara disesuaikan dengan adat dan tradisi bangsa Indonesia dan dalam penyebarannya dilakukan dengan damai tanpa kekerasan.
- Agama Islam tidak mengenal sistem kasta dan menganggap semua manusia mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Allah SWT.
- Upacara-upacara dalam Agama Islam sangat sederhana bila dibandingkan dengan Agama lainnyaa.
- Faktor politik ikut memperlancar penyebaran Agama Islam di Nusantara, yaitu keruntuhan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit sebagai kerajaan Budha dan Hindu di Nusantara.
- Syarat-syarat masuk agama Islam sangat mudah.Seseorang telah dianggap telah masuk Islam bila ia telah mengucapkan dua kalimat syahadat
Dari faktor penyebab tersebut diatas agama Islam dapat
diterima oleh bangsa Indonesia tidak terlepas dari :
1.
Peranan Pedagang
Awal
penyebaran Agama Islam di Nusantara tidak lepas dari peran para pedagang. Para
pedagang yang berdatangan di Nusantara berperan sebagai pedagang dan ulama
(orang yang memahami ajaran Islam) Oleh karena itu, selain menjalankan profesi
berdagang mereka juga menyebarkan Agama Islam. Mereka amat giat
memperkenalkan nilai-nilai Islam ke seluruh penduduk.
Para
pedagang Gujarat, Arab, dan Persia yang datang ke Nusantara berupaya mencari
simpati dari masyarakat setempat. Melalui hubungan yang saling terbuka diantara
raja, bangsawan, pedagang dan masyarakat setempat maka terjadilah perubahan
sosial baik secara vertikal maupun horizontal.
Perubahan
sosial secara vertikal ditandai dengan banyaknya pedagang Islam yang memperoleh
keuntungan dari kegiatan dagangnya. Para pedagang tersebut memiliki kekayaan
yang cukup banyak sehingga mampu meningkatkan status sosialnya. Menurut
perjalanan Tome Pires yang mengunjungi pelabuhan Tuban dan Gresik pada tahun
1514 terdapat pedagang Islam yang kaya dan penguasa-penguasa di pelabuhan.
Oleh karena itu para pedagang di
pelabuhan Tuban dan Gresik memiliki otonomi yang kuat dan disegani oleh
penguasa Majapahit. Islam dan dagang merupakan dua hal yang tidak dipisahkan
pada zaman ramainya perdagangan di perairan Nusantara abad ke-12 – ke-17.
2.
Peranan Ulama/Wali
Selain para
pedagang peran ulama dan Wali sangat besar dalam percepatan proses penyebaran
Islam. Mereka menyebarkan agama Islam melalui langgar, surau/madrasah. Madrasah
yang tersohor pada waktu itu seperti di Ampel, Giri, Tuban, Kudus dan Demak.
Para ulama yang
sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam di Jawa adalah Wali Sanga
atau Wali Sembilan. Wali adalah seorang Islam yang tinggi budi pekertinya dan
tinggi dalam ilmu agamanya.Wali adalah sebutan bukan nama. Disamping mempunyai
peranan yang sangat besar dalam penyebaran agama Islam di Jawa. Wali Sanga juga
berperan sebagai penasihat raja dan pendukung raja-raja Islam yang berkuasa,
bahkan ada yang menjadi raja, seperti Sunan Gunung Jati.
Adapun nama-nama
Wali Sanga berikut perjuangannya dalam penyebaran agama Islam di berbagai
daerah adalah sebagai berikut; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan
Drajad, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria dan
Sunan Gunung Jati.
Penyebaran agama
Islam di Jawa selain dilakukan oleh Wali Sanga juga dilakukan oleh para ulama,
seperti Syekh Siti Jenar (Demak), Sunan Tembayat (Klaten), Syekh
Yusuf (Banten), Sunan Geseng (Magelang), Sunan Panggung (Tegal),
dan Syekh Abdul Muhyi (Tasikmalaya), Syekh Burhanuddin (Minangkabau), Syekh
Abdurrauf Al Fanhury ( Aceh ).
Islam selain
berkembang pesat di Pulau Jawa juga berkembang di pulau lainnya di
Indonesia. Dakwah Islam itu juga dilakukan oleh beberapa ulama besar, seperti; Datori
Bandang (Gowa, Makassar), Dato Sulaiman (Sulawesi Tengah dan Utara),
Tuan Tunggang ri Parangan (Kalimantan Timur) dan Penghulu Demak
(Banjarmasin dan Kalimantan Selatan).
No comments:
Post a Comment