Aku bingung aku harus bagaimana agar aku bisa mendapatkan teman. Di sini
aku benar-benar kesepian. Aku tidak mempunyai teman. Ya Allah, berikan aku
teman. Aku membutuhkan mereka, untuk mengisi hidupku. Entah kenapa semenjak di
jogja, aku merasa kesulitan dalam mendapatkan teman.
Tidak seperti saat aku di surabaya. Di sana aku temukan banyak teman,
bahkan bisa aku sebut sebagai keluarga kecil. Yap, siapa lagi kalau bukan
mereka teman-teman di ppm. Walaupun aku bukan bagian dari mereka, tapi mereka
sudah menganggapku bagian dari mereka. Di saat tiba saat dimana aku harus meninggalkan
mereka. Rasanya tidak rela, keluarga yang sehangat ini aku harus tinggalkan.
Tetapi sang waktu lah yang akhirnya memisahkan kita. Aku harus ke jogja untuk
menuntut ilmu di sana. Aku harus kuliah di teknik kimia ugm. Aku tidak boleh
mengecewakan mereka, aku harus semangaat.
Di sini aku, aku tidak temukan teman sehangat mereka. Mungkin karena aku
kurang membuka diri. Jadi orang enggan menjadi temanku.
Mungkin semua ini karena hal itu. Kejadian di saat mbak kos marah padaku. Semenjak
saat itu aku benar menjadi orang yang tertutup dan jarang keluar dari kamar. Aku
menjadi takut apabila aku menyakiti orang-orang di sekitarku. Aku takut
mendengar semua hal-hal negatif tentang diriku.
Di malam yang gelap dan dingin tepatnya di dalam musola kecil, dia
tumpahkan semua keluh kesahnya kepadaku. Keluh kesah yang selama ini selalu
terpendam. Keluh kesah yang tidak pernah diungkapakn. Di malam itu, dia membeberkan
semua kesalahanku, dari yang kecil hingga besar. Dari semenjak pertemuan
pertama kita, di dalam kamarnya. Aku sungguh tidak menyangka bahwa ternyata
selama ini, dia merasa tidak nyaman saat aku berada di sisinya. Ya Allah
padahal mbak itu sudah aku anggap saudara, semua yang aku miliki, coba ku
bagikan padanya. Karena aku merasa dia seperti mbak kandungku. Aku curahkan
semua keluh kesahku kepadanya. Baik dari kejadian penting sampai yang
kurang penting. Aku berpikir bahwa dia senang mendengarnya. Ternyata aku salah, di dalam hatinya ternyata dia
tidak suka. Maafkan aku mbak jika selama ini aku menyiksamu karena harus
mendengarkan seluruh keluh kesahku yang sebenarnya itu tak penting bagimu.
Seandainya aku mengetahuinya mungkin aku tidak melakukannya. Setelah mendengar
keluh kesahnya tentang diriku, aku diam menunduk dan tiba-tiba jatuhlah setetes
demi setetes air mataku. Jujur aku sanggup mendengar semua ini, aku pikir aku
pikir aku pikir. Ternyata dan ternyata. Aku tidak sanggup mendengarnya.
Ya Allah, menyakitkan sekali. Aku pun masuk ke dalam kamar, aku ketik sms
kepada semua orang dekatku. Ibu, ayah, kakak, adik, beserta teman-temanku.
Meminta maaf atas segala kesalahnku, maaf karena selama ini aku belum bisa jadi
anak yang baik untuk ibu dan bapak. Aku kurang membantu ibu dan bapak, sibuk
denga tugas-tugasku. Maafkan aku ibu bapak. Maaf karena selama ini aku belum
bisa jadi kakak yang baik buat adik-adik. Aku terlalu egois dengan diriku
sendiri, sibuk dengan kegiatanku sampai lupa membantu kalian mengerjakan tugas.
Maaf ya adik-adik jika selama ini mbak anis egois. Maaf karena belum bisa jadi
adik yang baik buat kakak-kakakku. Terkadang ku suka membantah yang kalian
katakan dan keras kepala. Aku merindukan kalian, aku merindukan keramaian
rumah. Di kamar ini aku hanya seorang diri. Yang aku dengar hanya aliran
sungai. Aku rindu kalian. Rindu sekali sampai-sampai aku sering memimpikan
kalian dalam mimpiku.
Di sini tidak ada yang mau mendengarkan keluh kesahku, tidak ada yang mau
mendengar curhatanku. Aku rindu ibu. Ibu yang selalu setia mendengarkan aku di
setiap aku pulang ke rumah. Ibu yang selalu menanti ceritaku. Aku sangat rindu
ibu. Di saat aku terbaring sakit, tidak ada orang yang merawatku. Tidak seperti
dulu, saat aku sakit ibu selalu merawatku dan menjagaku. Ibu, aku merindukanmu.
Entah kenapa di semester dua ini, tubuhku menjadi tambah lemah. Aku sering
merasa kehilangan tenaga, dan lemas seketika. Mungkin karena jadwal makan dan
tidurku yang tidak teratur, padahal aku punya segudang aktifitas. Dari kuliah,
ngaji, organisasi, rapat dan lain-lain. Maafkan aku tubuhku, aku sering
mendzolimimu. Aku sering mengabaikanmu, dan sibuk dengan kegiatanku. Dan
mungkin inilah saatnya buat aku mandiri. smngaaat aniiiis, bisa deh bisa :D
Saat ini jika aku mau makan, aku harus pergi keluar untuk mencari. Tidak
seperti dulu, apa-apa sudah ada. Apa-apa sudah ada, aku hanya tinggal makan.
Ya, mungkin saat ini adalah saat yang tepat diaman aku harus bersikap mandiri.
Aku harus belajar bagaimana mengatur semuanya sendiri. Dari mencuci,
menyetrika, bersih-bersih, kuliah, makan sampai tidur.